Rabu, 28 Januari 2015

Kiat Menghasilkan Uang Dari Sosial Media

Kebiasaan mendokumentasikan dan memposting banyak hal yang sudah di kerjakan bisa saja memberikan efek positif. Dan karena itulah saya bisa mendapat tambahan penghasilan yang tidak saya perkirakan sebelumnya.


Pada awal-awal mengenal sosial media, saya lebih sering mempergunakannya untuk terhubung kembali dengan teman2 yang lama gak ketemu. Sekitar tahun 2009, waktu itu masih ramai2 nya facebook. Posting status atau chit chat dengan teman2 yang lama kelamaan makin banyak dan tidak mengenal secara langsung. Teman di dunia maya. Lama kelamaan bosen juga. Apalagi kalau status kita di cuekin alias sepi koment. hehehe...
Padahal "koleksi" teman udah merambah ribuan. Mulai mikir kenàpa tidak mempergunakan untuk sesuatu yang "menghasilkan" ya? . Dari sekian ribu orang, àpa iya tidak ada barang satu atau dua orang yang tertarik dengan product kita? Hehehehe.....


Product yang pertama saya tawarkan adalah fashion. Suatu saat pas berkunjung ke toko milik teman iseng2 koleksi jilbab dan gamisnya saya fotoin satu persatu. Pake kamera hape, trus di posting. Ternyata ada yang minat. Beberapa pembeli malah berasal dari luar pulau yang kesulitan kalu harus ke kota untuk belanja. Abis itu jual kaos couple,kaos karakter,baju anak,tas  dengan "modus" sama. Ahahaha....Jadi kèterusan deh.

Beberapa kali dapet order rias àtau sewa kebaya karena postingan "lebay"


Suami yang awalnya sering ngeledek lama2 ikut ngedukung juga, bantu2 promo. Hèhehe....pasrah juga dia. Sampai suatu saat kantor tempat dia kerja jadi langganan catering saya. Lagi2 karena ulah promo di "sosial media".

Senin, 26 Januari 2015

AWASSS......Jangan Bermain Api Kalau Tidak Ingin Terbakar

Keluarga adalah satu2 nya tempat paling nyaman berteduh dari dunia yang semakin semrawut ini. Sebelumnya saya mohon maaf, tulisan ini tidak ditujukan untuk seseorang. Tapi untuk siapapun yang masih peduli dengan sekitar, dengan cara saling mengingatkan. Mau mengakui atau tidak, banyak kejadian (kalau gak boleh disebut kebiasaan) di keseharian yang kita anggap biaya-biasa aja tapi nyatanya menimbulkan akibat yang tak terbayangkan sebelumnya.

Hari ini menerima kabar kurang menyenangkan, seorang rekan perempuan BATAL menikah. Lebih tepatnya sih "ditunda sampai waktu yang belum ditentukan". Blarrrr........., rasanya kaget-kaget gimana gitu mendengarnya.
Sempat berhembus kabar kalau dia MBA, alias married by accident.  Dan yang lebih bikin nganga lagi, ternyata calon suaminya ini masih bersatus suami dan ayah dari 2 oang anak!

Waduhhh....mau menikah sesama bujang aja butuh banyak kesiapan apalagi yang begini?. Menikah sesama single aja masih butuh penyesuaian seumur hidup. Yang pastinya ada friksi, beda sudut dangan, ribut2 kecil  dan sebagainya. Yaa..namanya dua kepala mesti satu tujuan. Lha gimana kalau mesti berbagi hati, berbagi suami?. Gak sanggup membayangkan, entah bagaimana galaunya dia saat ini.


Saya tidak bermaksud men-judge seseorang. Meskipun mau dilihat dari sisi mana saja (dari segi agama atau sosial masyarakat) , apa yg dilakukannya ini jelas-jelas tidak dapat dibenarkan tetapi kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi didepan. Siapapun bisa mengalami nya. Karena selama masih di dunia, setan masih saja akan merecoki kita.

Masalahnya, cerita semacam ini sudah sering kita dengar. Saya sampai miris tiap kali ada berita di tv tentang remaja yang mencoba aborsi akibat percintaan di usia dini, asmara yang berakhir di kepolisian karena tuntutan kekasih yang kadung berbadan dua, bayi yang dibuang karena orang tuanya malu akibat hasil hubungan gelap, perselingkuhan dll. Tapi mengapa terulang lagi, dan lagi??


Kalau sudah tahu bahwa bermain api itu resikonya terbakar, kenapa malah memasukkan tangan dalam bara??  Jelas-jelas tahu bahwa apa yang dilakukannya keliru, kenapa terus nekad?. Sesuatu yang awalnya coba2 lantas keterusan jadi kebiasaan.
Bukankah apa yang sejak awal sudah dilandasi niat tidak baik, selamanya tidak akan memberi hasil yang baik pula??.


Kita terlanjur punya anggapan bahwa apa yang biasa dilakukan oleh banyak orang itu adalah suatu kewajaran dan "dianggap" benar. Bagaimana tidak, televisi kita menyiarkan acara yang materinya beberapa gadis yang saling memperebutkan cowok idaman untuk jadi kekasihnya (catet: kekasih alias pacar) pada jam-jam primetime. Atau sinetron yang mengajarkan anak2 SD udah bisa cinta2 dan gaya hidup serba instan (ini bahasa saya). Saya sebut instan karena isinya melulu cowok-cowok kaya (yang gak jelas apa kerjanya) yang jadi idola, punya harta yang gak habis dimakan tujuh turunan. Dan tontonan seperti ini malahan yang ratingnya bagus. Jadilah remaja-remaja putri kita "cinderella" dijaman modern. Mengharap pangeran berkuda putih menjemput untuk dijadikan permaisurinya.

Lets be smart, sama-sama belajar jadi orang tua yang lebih bijak. Lingkungan punya peran paling besar untuk membentuk karakter seseorang setelah keluarga. Kita mungkin tak akan mampu membendung perubahan, tapi kan tidak harus terbawa arus?. Landasan agama yang kuat mutlak adanya. Dan sebagai ujung tombak keluarga, sebagai orang tua tentunya kita harus tegas memilah mana yang sesuai untuk keluarga kita.



Selasa, 20 Januari 2015

Mengatasi Anak Yang Keras Kemauan

Pernah suatu saat, seorang teman mengeluh tentang anaknya yang di anggap nakal. Kalau punya keinginan yang gak segera di penuhi bisa ngamuk, marah marah atau memukul orang-orang yang kebetulan didekatnya. Padahal anaknya sudah kelas 3 sd, harusnya sudah bisa diajak komunikasi.



Sebelumnya dia melihat saya enjoy aja kemana-mana bisa sendiri atau di kesempatan lain belanja ngajak anak2. Kalau dia....boro-boro mau belanja. Belum juga dapet barang belanjaan bisa-bisa udah "di palak" duluan sama anaknya. Kalau gak di belikan (kadang mainan atau baju) bisa nangis seketika di depan toko sambil mukul-mukul ibu nya. Akhirnya (daripada malu), mau gak mau ya harus di turuti lagi. Trus..kalau mau kemana-mana harus diajak, gak bisa ditinggal.






Berikut ini ada beberapa tips yang bisa di coba untuk mengatasi anak yang keras kemauannya.
  1. Bersikap jujur pada anak. Saat bunda mau pergi ke kantor, katakan saja mau ke kantor cari uang bla...bla..bla....dan jangan katakan ke tempat lain dengan maksud anak tidak merengek ingin ikut. Atau saat mau berbelanja, bunda bisa katakan "bunda mau belanja, tapi uangnya hanya cukup buat belanja. Jadi kalau mau beli mainan bsk nunggu ayah gajian......dsb". Sebab jika bunda hanya melarang keinginannya sementara dia melihat bunda nya berbelanja, tentu anak akan menganggap bunda berbohong.
  2. Buatlah aturan yang jelas. Misalnya: si anak hanya boleh bermain PS setelah makan siang dan harus membereskan setelah selesai bermain. Dan beri reward atw pujian tiap kali dia selesai mengerjakan hal positif. 
  3. Ajarkan anak mengambil keputusan tapi dengan kontrol. Misal:membebaskan anak memilih baju yang akan di pakainya, tapi bunda membantu membedakan mana baju untuk bermain, mana baju yg dipakai bepergian.
  4. Mendidik menabung. Saat anak menyampaikan keinginannya, ajak dia untuk melihat harga kemudian bandingkan dengan uang sakunya. Ajarkan untuk belajar menyisihkan uang saku setiap kali dia ingin membeli sesuatu. Meskipun ujung-ujungnya nanti bunda nambahi kekurangannya, setidaknya dia belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu tidak bisa serta merta.
  5. Jangan biarkan anak memukul-mukul bila sedang marah. Jelaskan bahwa itu menyakiti orang lain. Arahkan ke hal positif lain yang disukainya.
  6. Menjalin kehangatan dalam keluarga. Anak-anak mudah sekali untuk mengingat dan meniru apa yang mereka lihat. Orang tua yang suka marah-marah atau mengomel maka kecenderungan anaknya juga akan jadi pemarah. Buatlah acara dirumah yg melibatkan seluruh anggota keluarga. Bisa dengan nonton dvd favorit dll.
 
Semoga manfaat ya bun, dan karena berupa pengalaman pribadi, barangkali ada yang bisa ditambahkan silahkan saja.

 

Senin, 19 Januari 2015

Cerpen Anak - MAAF BUAT RATRI

Cerpen anak ini saya tulis jauuuhhh sebelum mengenal blog, sekitar tahun 2012. Ada beberapa naskah cerpen yang tersimpan di folder sampai kemudian saya mencoba buat kirim ke media. Alhamdulillah, cerpen ini di muat di Koran Anak-Radar Bojonegoro edisi Minggu, 5 Februari 2012.
 
 Radar Bojonegoro Edisi Minggu 5 Feb 2012



Bagi yang ingin mengirimkan cerpen anak karya nya, silahkan kirim melalui email ke: radarbojonegoro@jawapos.com dengan subject: cerpen anak. Tidak ada pemberitahuan bagi naskah baik yang di tolak maupun di terbitkan, jadi harus selalu cek setiap hari minggu.




Maaf Buat Ratri




        Braaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk………………….
            Suara tas yang dilempar dengan keras membentur sudut meja belajar dikamar Ratri, sampai sampai Shaun The Sheep tak berdosa yang sedang nangkring di atas meja, jatuh bergulingan terkena sasaran lemparan tas Ratri. “achhhhhhhhhhhhhhh……………sebeeeeeeeeeeeel”, gerutu Ratri disela – sela isak tangisnya. “Mama bener – bener gak adiiiiiiiiiiiiiiiiiil”. Ratri membenamkan kepalanya kedalam bantalnya yg empuk. Hanya sesenggukannya yang terdengar.

Terbayang kejadian kemarin siang. Ketika dia dan teman – teman sedang duduk – duduk santai dikelas saat jam istirahat, tiba – tiba Fika datang. “ Teman – teman, minggu depan ulang tahunku. Jangan lupa datang yaaaa…..” kata Fika sembari menyodorkan undangan ke Ratri, Dea dan Faza yang sedang menikmati jajanan mereka. “Wah……..ulang tahun yang ke 9 ya Fik”. Kata Dea yang duduk persis disamping kiri Ratri. Belum sempat Fika menjawab, Dea sudah melanjutkan “ Wow…….di restoran Fried Chicken yang baru itu ????”.

 “Iya dong, ini kan hari special buat aku. Dan Papa memberi kado special dengan mengadakan ultah ku disana. Maka nya….kalian semua harus datang yaaaa….” Jawab Fika. “ Pasti…!!!!!!”. Jawabku, Dea dan Faza hampir bersamaan. 
“Ok, kalau gitu sampai ketemu lagi yaaaaa”  Fika berlalu meninggalkan teman – temannya.

 “ Hmmm…..seneng ya jadi Fika, Papa nya baiiiiiiiiiiiiiik banget. Ultah anaknya aja direstoran “ kata Faza. “Ehhh…Ratri kok diem aja dari tadi. Besok kalau mau cari kado kita barengan  yuuuukkkkkkk” ujar Dea sambil beringsut mendekat. “ Iya, sekalian aja berangkatnya juga bareng. Nanti kita kumpul dirumahku, biar Mama yang anter”. Ratri menjawab tapi nada suaranya pelan. Jari tangannya membalik sampul undangan mungil berwarna pink. Terlihat gambar Princess yang dicetak timbul dengan tulisan berwarna merah keemasan. 

“ Bagus”. Tak sadar dia bergumam. “Iya nih…..undangannya bagus banget” sahut Faza, seolah – olah ungkapan itu untuknya. Ratri menoleh, dia tak sadar kalau gumammanya terdengar. Dengan sedikit terpaksa bibirnya tersenyum, menutupi perasaannya. Tiba – tiba Dea berkata “ Ehhh….bulan depan kan ulang tahun mu Ratri. Pasti dirayain juga doooong?”. Ratri mendongakkan kepala, seakan baru teringat. Ahhhh……..sebentar lagi kan bulan Februari, tepatnya 20 Februari ulang tahunnya. Dan tahun ini dia sudah menginjak usia ke-10. Udah gede ternyata, sudah kelas empat dia. Kembali sebuah senyum dibibirnya, tapi buru – buru dia menariknya kembali mengingat di keluarganya tak ada tradisi merayakan ulang tahun. Selama ini, orang tuanya tidak pernah merayakan ulang tahunnya. Begitu pun ulang tahun Mama dan Papanya berlalu begitu saja.
“ Tapi…………..aku kan gak pernah merayakan ulang tahun” gumamnya.
“ Justru itu, siapa tahu kali ini Mama mu mau merayakan ulang tahunmu. Kamu kan belum pernah merayakan ultahmu?” timpal Dea.  “ lagipula kamu kan anak tunggal, apa iya Papa mu gak mau merayakannya??”. 

“Ratri……………” suara Mama mengagetkan Ratri. Dengan segera disekanya sisa – sisa air mata. Karena bagaimanapun juga dia malu kalau sampai ketahuan menangis. Mama nya tidak pernah mengajarkan untuk cengeng. Mama selalu mendidik dia untuk belajar menyelesaikan masalah – masalahnya sendiri lebih dulu, meskipun nantinya tidak lepas dari pantauan Mama. “ Iya Ma…………..”. dilihatnya Mama sudah berdiri dipintu kamarnya. Seulas senyum tersungging dibibirnya saat menatap anak semata wayangnya. “ Ahhh…..jangan – jangan mama tau kalau aku nangis ”. bathin Ratri. Kembali diusapnya kedua mata dan pipinya sambil beranjak duduk. 

Mama melangkah masuk dan kemudian duduk ditepian tempat tidurnya. “ Kamu cuci kaki dan muka dulu, trus makan. Sedari pulang sekolah tadi belum makan kan?”. Ratri mengangguk sambil mengusap pipinya sekali lagi, seakan belum yakin kalau air matanya telah diseka tadi. “ Sayaaaaang, ada yang ingin mama tunjukkan ke kamu nanti”. Mama mengusap lembut kepala Ratri sambil memeluknya.mengingatkan Ratri akan masa kecilnya, bahwa saat seperti inilah yang paling disukainya. Ketika mama membenamkannya jauuuuuuuuuh kedalam pelukannya. Serasa luar biasa tenang dan damai.  “ Kamu sudah sholat Dhuhur belum?”. Ratri menggeleng tapi tak beranjak dari pelukan Mama. “ Ya udah, kamu sholat dulu trus makan. Habis itu, kita pergi ke sesuatu….” Kata Mama menirukan logat tante penyanyi di televisi. Ratri jadi tersenyum dan menganggukkan kepalanya, tanda setuju.

“ Maaaa…kita mau kemana?” Tanya Ratri. Kedua tangangannya dengan erat memeluk pinggang Mama. Beberapa kali helm yang dipakainya menyodok – nyodok punggung Mama kala Mama mendadak menekan rem motor matiknya. “ Nanti kamu akan tahu sayang”. Dengan tangkas Mama menambah tarikan gas kemudian menyalip pengendara didepannya. Mama memang tangkas berkendara. Selama ini memang mama yang mengantar jemput sekolah Ratri. Tempat kerja Papanya jauh diluar kota, membuatnya berangkat lebih pagi sehingga tidak sempat mengantar Ratri. Tapi tak mengapa, Mama tidak kalah cekatan dengan Papa kalau mengendarai motor.

Mama terus melaju ke tengah kota. Sore ini cerah, tak seperti beberapa hari belakangan yang selalu turun hujan saat sore menjelang. Tak heran banyak orang berlalu lalang, jalanan padat. Mungkin mereka hendak menuntaskan rencananya yang sempat tertunda hujan kemarin. Mendekati perempatan ditengah kota, mama memperlambat laju motornya dan perlahan menepi. “ Maaaa…ini rumah siapa?” Mama tidak menjawab tapi menghentikan motor disamping rumah besar yang pagarnya terkunci rapat. Biarpun terkunci, pemandangan teras rumah itu terlihat jelas dari depan. Asri namun terkesan sepi.

“ Kita tidak sedang berkunjung sayang”. Mama memarkir motor dan melepas helm yang kemudian ditaruh di spion motor. “Kamu gak usah turun gak papa, tapi hati – hati”.
Ratri makin gak ngerti. Dilepasnya helm, kemudian ditaruh dipangkuannya. Dia masih duduk diatas jok motor dengan kaki menggantung sementara Mama brdiri disampingnya. “ Ngapain sih mau Mama ngajak kesini???”. Dari tempatnya sekarang tampak jelas keramaian jalan yang membujur dari timur ke barat. Juga perempatan disisi sebela kirinya. Beberapa mobil dan motor seakan berbaris rapi. Dan ketika rambu – rambu berubah hijau, satu persatu saling berusaha mendahului. Ahhhhh……serasa nonton balapan dengan gerak diperlambat.

“ Coba kamu lihat itu…” tangan Mama menunjuk kearah perempatan. Rambu – rambu yang sedang merah, semua kendaraan mengurangi kecepatan dan kemudian berhenti. Serombongan anak pengamen dan peminta – minta yang berpakaian serba lusuh serta merta mendekati para pengendara. Sebagian seusia denganku, atau setahun dua tahun diatasku.
“ Mereka….” Kembali tangan Mama menunjuk, seakan aku tidak tau arah yang dituju. “ Kamu lihat mereka, mereka seusia denganmu. Siang malam, inilah rumah mereka”.
“ Mereka tidak sekolah, Ma?” tanyaku tanpa memalingkan wajah dari perempatan itu. Tampak seorang anak perempuan yang aku yakin umurnya tak lebih dari 7 tahun sedang mengetuk – ngetuk pintu mobil yang berhenti sambil menggendong adiknya yang tidak memakai celana. Tubuhnya kurus dengan rambut yang kusut dan kemerahan. Pasti sudah berhari – hari dia tidak mencuci rambutnya.
“ Sayang….untuk sekedar makan saja mereka harus bekerja keras siang dan malam. Apa lagi untuk sekolah”. Mama beranjak ke depanku sembari memegang kedua lututku. Aku masih diatas motor yang diparkir ditepian jalan. 

“ Mama mengajak kamu kesini supaya kamu tahu dan menyadari, kalau masih banyak orang yang tidak seberuntung kamu. Dianugerahi tubuh yang sehat dan sempurna oleh Allah, punya orang tua yang lengkap yang menyayangimu, bisa sekolah dan melakukan banyak kegiatan menyenangkan. Sementara mereka…….. perempatan inilah rumahnya. Beratapkan langit dan berdinding udara, jangan ditanya dinginnya saat malam dengan perut yang kosong. Untuk makan, mereka harus menyodorkan tangan ke pengguna jalan. Belum lagi mereka juga harus bermain kucing kucingan dengan aparat saat ada razia”.
“Cukup Ma…..” Ratri terisak, air matanya meleleh dikedua pipinya. Tapi kali ini dia tak malu lagi. Dipeluknya Mama dengan erat, serasa rindu karena lama tak berjumpa. “ Ratri ngerti maksud Mama mengajak Ratri kesini”. Mama mengangguk sambil membalas pelukan Ratri. Beberapa pengendara yang lewat sempat menoleh, tapi Ratri tak perduli.

“ Mama ingin agar Ratri bersyukur karena masih banyak anak yang tidak seberuntung Ratri. Sementara Ratri malah meminta mama untuk menghamburkan uang di ulang tahun Ratri. Uang yang seharusnya bisa lebih berguna. Untuk bayar sekolah Ratri, bahkan membantu mereka”. Mama tersenyum dan mengusap air mata dipipi Ratri.

“ Kamu anak yang cerdas sayang. Kalau Mama tidak pernah merayakan ulang tahunmu dengan pesta, bukan berarti kalau mama pelit dan tidak adil. Ada banyak hal yang lebih berarti yang bisa kita lakukan dengan uang kita. Dan kamu sudah tahu jawabannya. Mama ingin agar kamu bisa berlaku baik dan bijaksana”. 

“Ratri ngerti, maafkan Ratri ya maaaa……..”.
“ Tentu saja sayaaaaaang……..” kata mama sambil mencium kedua pipi putrinya.
“ Sekarang, bagaimana kalau kita cari es cream???”. Ajak Mama dan dijawab dengan anggukan Ratri dengan cepat. Bergegas mama meraih helm dan menstarter motor. Rambu rambu menyala kuning. Dengan tangkas Mama mengendarai motor melewati perempatan sebelum rambu berubah merah.

“ Ma…..es creamnya boleh yang rasa coklat yaaa???”. Ratri mempererat pelukannya di  pinggang Mama yang tengah melaju.

                                             :::
 

Minggu, 18 Januari 2015

Sedjoli Pagi Dan Kopi

Pagi dan kopi....
Bagiku menikmati pagi sambil kopi sudah seperti rutinitas lainnya saja. Yaa....Sudah lama aku menggilai kopi. Mungkin karena hampir semua anggota keluargaku penikmat kopi, kebiasaan ini ikut terbawa sampai kini. Baru mencium aromanya saja sudah membuat bersemangat. Rasanya emang agak pahit, tapi nantinya akan meninggalkan manis di ujung lidah. unik.

Pada awalnya, suami bukan penikmat kopi. Bahkan dulu....tiap kali habis minum kopi perutnya pasti kembung. Tapi sejak kami menikah, lambat laun dia mulai terbiasa juga. Ketularan kali ya...hehehe. Tiap kali aku bikin kopi dia ikut-ikutan nyeruput
 
Dan kini setelah 12 tahun menikah, sepertinya ngopi udah menjadi rutinitas saja. Pagi dan kopi, rasanya seperti sedjoli. Saling melengkapi. Bahkan kalau harus memilih, secangkir kopi berasa lebih menggairahkan ketimbang sarapan nasi pecel kumplit. Yaaa...bukan kebiasaan bagus sih, tapi bagi pecandu kopi rasanya hambar saja menikmati pagi tanpa kopi. Gak harus duduk dan ngeruput habis-habisan, wong kami menikmatinya juga disela-sela kegiatan pagi lainnya. Sambil beberes rumah, saat anak-anak menyiapkan diri buat sekolah. Dimeja selalu siap kopi dengan teh atau susu .

Tak jarang obrolan-obrolan ringan hadir saat itu. Ahhh...buatku ini moment manis yang tak terbeli. Ngumpul dengan keluarga lengkap, mendengar celoteh anak-anak tentang sekolah atau teman-temannya, suami yang ribet dengan kucing-kucing dan burung piaraan kami, buatku  rasanya jauh lebih manis dari candle light dinner.

Ngopi dulu ya.....


Rabu, 14 Januari 2015

Tangan diatas (selalu) lebih baik

Pagi ini......
Berasa seperti joki balap liar saja pagi ini. Gimana enggak, ini jalan belum sebulan kelar diaspal. Mulussss....... banget. Apalagi belum banyak kendaraan besar yang lewat, berasa jalan pribadi. hehehe....

Sebenernya bukan niat mau ngebut sih, tapi emang lagi terburu-buru menuju ATM terdekat. Jarum di indikator bensin motor ku udah mepet di huruf "E", gimana coba kalau tiba-tiba kehabisan bensin di tengah jalan? sedangkan di dompet duit tinggal selembar lima ribuan. Apa iya beli bensin setengah liter doang??? hiksss....
Begini nih...kalau motor pake nya gantian. Gak ada pihak yang "merasa paling bertanggung jawab" buat isiin bensinnya. 

Akhirnya....nyampe juga di ATM, bergegas motor kuparkir dideket  motor-motor lainnya. Saat akan masuk ke bilik ATM, seorang bapak mengulurkan selembar amplop putih ke arahku. "Mohon di isi seikhlasnya mbak..." katanya. Karena terburu-buru aku terima saja sambil tersenyum. Kulihat amplop itu berstempel nama sebuah yayasan anak yatim di luar daerah. Saat didalam bilik atm, aku sempat melirik dua orang lainnya yang juga memegang amplop yang sama denganku. Entah diisi atau tidak, saat keluar mereka menyerahkan kembali amplop itu ke Si Bapak. hmmmm....


Sempat bingung juga, soalnya uang dari ATM tadi pecahan 50rb dan gak mungkin juga dikasih kan, jujur saja agu ragu-ragu dengan orang asing ini. Jangan-jangan modus...??? Dijaman seperti ini apanya yang tidak mungkin?? mengambil keuntungan dari orang lain bahkan dengan mengkambing hitamkan anak yatim. 

Astaghfirullah.... 
Pagi-pagi aku koq jadi berfikir buruk ke orang lain, dan belum tentu juga dia berbohong. Tiba-tiba aku ingat uang limaribu ku tadi. Kubuka dompet dan mengambil selembar limaribuan yang telah lecek itu lantas memasukkannya ke amplop.
"Barokallah...terimakasih ya mbak, semoga Allah melancarkan rezeki mbak". Si Bapak menerima amplop, doa panjang dari mulutnya saat menerima amplop itu kembali.


Uang limaribu mungkin umurnya gak akan sampai siang ini kalau saja masih di tanganku. Bisa saja sudah berubah jadi se kresek gorengan atau berubah jadi recehan dan pecahan seribuan (parkir motor sekarang jarang yang mau nerima gopek an....). Semoga saja ditangan Si Bapak bisa membawa manfaat lebih. Bersyukur kalau beneran untuk anak yatim, Insyaallah dengan keikhlasan pahalanya akan terus mengalir. Dan seandainya dia berbohong, kebaikan itu tak kan hilang. Walau mungkin hanya dia yang menikmatinya. Karena bisa saja dirumah anak dan istrinya ikut mendo'akan orang-orang yang berbagi rizki dengan mereka.
Wallahu a’lam.........



Selasa, 13 Januari 2015

Emak....Kado Dari Allah

Emak itu perempuan luar biasa. Sederhana tapi punya kemauan keras. Beliau tidak berpendidikan tinggi, tapi sampai sekarang pun selalu jadi jujugan mencari solusi tiap kali anak-anaknya ada masalah. Herannya, dengan kesederhanaannya selalu saja ada jalan keluar bagi masalah yang sebelumnya dianggap rumit.Beruntungnya saya jadi bungsu dari empat bersaudara. Ketiga kakak yang sudah menikah lebih dahulu pindah dirumah masing masing. Alhasil, Si bontot lah yang "ketiban sampur" untuk menetap bersama emak sepeninggal bapak. Jadinya setiap hari raya, mereka yang malah duluan datang ke rumah adeknya. Hehehe...

me n mom, narsis pake tinta pilpres


 Ada yang unik dari emak. Beliau paling anti sama vetsin, gak makan ayam atau daging kecuali belinya di langganan (karena kuatir waktu nyembelih gak di do'ain) dan ogah makan ikan laut selepas tsunami sampe sekarang (dianggap ikan makan orang apa makkk...???). Makannya setiap kali bepergian kita bukannya bingung mau ke mana tapi mau makan apa???? hahaha.......
Bagaimanapun, beliau merupakan Kado Terindah dari Allah. Melalui restunya lah Allah meridhoi setiap langkah dan usaha kami.
 
Pengen banget sih ngasih sesuatu buat beliau. Yaa..dibilang sesuatu karena dikeluarga kami tidak ada tradisi kasih kado. Jadi kalau mau kasih sesuatu ya kasih aja. Hehehe....
Maunya sih ngajak umroh bareng, soalnya suatu kali beliau pernah bilang, setidaknya sekali dalam hidup seorang muslim yang mampu pergi ke Baitullah. Emang sih dananya belum siap, tapi  bukankah selalu akan ada jawaban dari setiap niat baik kita??. Do'ain anakmu yaa Mak....Semoga ada rezeki dan umroh bakalan jadi kado terindah buatmu.


Meskipun beliau gak ngebaca postingan ini tapi yakin kalau selalu meng-amini do'a dan niat baik anaknya. Siapa tau setiap bulan ada 5 job merias yang datang, atau tanpa di duga ada mas mas dari jasa pengiriman yang nganterin surat ber-kop supermarket langganan dan isinya " selamat anda memenangkan undian berhadiah umroh". Wahhh...bisa salto saya.



http://www.gracemelia.com/2015/01/giveaway-kado-yang-aku-mau.html#more












*Note: tulisan ini untuk kompetisi Giveaway Kado Yang Aku Mau di blog nya Mami Ubii





Sabtu, 10 Januari 2015

PEREMPUAN MENULIS-RADAR BOJONEGORO

Sebenarnya sudah sejak kecil saya hobby menulis, bahkan ketika di sekolah dasar saya beberapa kali mengikuti lomba menulis. Belum menang sih...tapi menjadi wakil dari sekolah diantara sekian ratus siswa merupakan kebanggaan tersendiri. menginjak SLTP dan SLTA barulah berani menulis untuk mading atau majalah sekolah. Tulisan ringan tentang anak muda, sekolah atau kegiatan ekstrakurikuler. yaaa...pokoknya yang berbau-baru remaja gitu lah...

Hingga kini pun hobby itu masih tersimpan, tapi karena kesibukan sebagai ibu rumah tangga, sebagian tulisan itu malah jadi catatan di fb atau menyebar jadi status facebook dan bbm.
Sampai kemudian berfikir....kenapa tidak mencoba mengirim tulisan ke media massa saja? selain tulisan bisa dibaca banyak orang kan menghasilkan juga??? hehehe........(keliatan deh komersiilnya...). Tulisan pertama yang dimuat media massa waktu itu berupa artikel. Kebetulan pada saat itu Radar Bojonegoro, Jawa Pos Grup sedang membuka rubrik baru: Perempuan Menulis. Dan Alhamdulillah, pertama menulis langsung dimuat!!!!! dan...jadilah tulisan pertamaku nampang di Radar Bojonegoro yang terbit Kamis, 19 januari 2012.


Untuk mengirimkan naskah tulisan bisa di kirim ke: radarbojonegoro@jawapos.com. dan berikut artikel tersebut.


Profesi : Ibu Rumah Tangga

           
 Kalau anda bertanya kepada anak – anak tentang cita – citanya ketika dewasa nanti, jawab nya pasti Dokter, insinyur, perawat, pilot dan sebagainya. Kalau pertanyaan yang sama diberikan pada remaja jaman sekarang, jawaban yang anda terima bisa beragam. Mulai wanita karier, model, designer, animator, pengusaha dan masih banyak lagi. Yang mungkin tidak akan pernah anda dapatkan adalah cita -  cita untuk menjadi ibu rumah tangga.

           

 Ya, menjadi ibu rumah tangga rasanya bukan sebuah cita – cita. Menikah, mengurus rumah, merawat anak, memasak……..ahhhhhhh, rasanya sama sekali gak ada kerennya buat remaja sekarang. Menjadi pekerja kantoran yang memakai stelan blazer, brangkat pagi pulang sore, gaji an diawal bulan,  pastinya jauh lebih menarik ketimbang ngendon dirumah seharian sebagai ibu rumah tangga saja. Lagipula banyak yang beranggapan kalau tidak dibutuhkan keahlian khusus buat menjadi seorang ibu rumah tangga. Makanya merasa sayang kalau berijazah S1 atau S2 tapi harus mengurus rumah tangga saja. Tapi apa memang benar begitu??????????????????

           

 Seorang ibu rumah tangga sejatinya adalah seseorang yang multi talenta. Sebuah iklan di televisi bahkan menggambarkan kalau seorang ibu rumah tangga harus bias berperan ganda sebagai koki yang terampil memasak menu makanan bergizi buat keluarga, sebagai guru les buat anak – anaknya sampai ahli keuangan yang mengatur keuangan keluarga. Bukankah itu semua diperlukan kecakapan dan kemampuan khusus?. Bayangkan…….seseorang yang bisa memerankan sekian profesi sekaligus. Luar biasa bukan???? Seorang koki yang handal, yang telah melanglang buana dengan menciptakan resep – resep luar biasa belum tentu mampu jadi guru les anak. Wanita karier yang menghadap laptop setiap hari belum tentu piawai mengerjakan tugas rumah tangga.

           

 Lebih dari itu, menjadi ibu rumah tangga sejatinya membangun karakter bangsa. Karena sikap kita dikemudian hari tentunya sangat dipengaruhi oleh pola asuh sejak kecil. Apa yang kita raih saat ini tentunya tak lepas dari usaha, jerih payah dan dukungan orang tua. Ibu Ainun Habibie bahkan rela melepas profesi Dokternya demi mendampingi suami dan merawat putra – putranya. Ibu Nafsiah Dahlan Iskan yang sebelumnya adalah seorang guru, pada akhirnya lebih memilih menjadi iburumahtangga demi merawat putra2 nya yg kini menjadi penerus ayahnya jadi orang nomor satu di Jawa Pos.

           

 Menjadi ibu rumah tangga merupakan multi profesi yang juga besar konsekwensinya.  Tapi bukan berarti seorang ibu rumahtangga hanya berkutat dirumah saja tanpa bisa  up to date. Ibu rumahtangga juga tetap bisa memberdayakan dirinya dengan berbagai kegiatan baik sosial maupun kemasyarakatan bahkan pekerjaan. Beragam profesi kini bisa dijalankan secara online tanpa meningglkan tugas dan tanggungjawab utama sebagai seorang ibu. Mulai beragam toko online, jasa konsultasi dan sebagainya.

            Yang terpenting adalah mengubah cara pandang kita terhadap ibu rumah tangga yg dianggap hanya mengerjakan tugas dan pekerjaan dirumah saja. Ibu rumhtangga juga membutuhkan pengetahuan luas untuk mendampingi dan menjawb segala pertanyaan anak dengan cara cerdas. Seorang iburumah tangga juga harus mempunyai kemampuan dibidang financial untuk sekedar mengatur dan memutar keuangan keluarga. Seorang ibu rumah tangga juga harus punya landasan agama yang kuat sebagai bekal pondasi mental dan keimanan anak2nya, calon generasi bangsa. Jadi tidak akan ada titel atau gelar yang sia2 untuk menjadi ibu rumah tangga.



Bagaimana, siap menulis  IBU RUMAH TANGGA pada kolom pekerjaan di KTP anda???