Jumat, 16 Desember 2022

Akulturasi dan Toleransi Dalam Wujud Tata Rias Pengantin Gaya Semandingan



Masih anget berita pernikahan Kaesang dan Erina Gudono yang memadukan adat Yogyakarta dan Surakarta, daerah asal masing-masing mempelai. Tak hanya menjadi Wedding Of The Year, pernikahan mereka juga semakin memberi makna positif bagi budaya tanah air. Kita jadi lebih mengenal rangkaian adat dan Tata Rias Pengantin Jogja serta Surakarta/Solo melalui sederetan prosesi yang dilakukan baik sebelum akad nikah hingga sesudah resepsi.

Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Beragam budaya dan adat istiadat terbentuk dan tumbuh dengan ke-khas annya masing-masing. Seperti rumah adat, kuliner, tarian tradisional dan kesenian. Termasuk tata rias pengantin tradisional. Keanekaragaman ini telah memberi identitas khusus yang menjadi ciri khas daerah masing-masing.

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mempelajari salah satu Tata Rias Pengantin Tradisional Indonesia dalam event pertemuan DPC Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Melati Se-Jawa Timur. Acara yang di adakan di Tuban ini mengangkat tema "Pengantin Tradisional Tuban" yaitu Pengantin Gaya Semandingan


Pengantin Gaya Semandingan mungkin terdengar asing dan jarang ditampilkan. Tidak banyak juga literasi yang menjelaskannya. Ada yang mengatakan bahwa disebut "Pengantin Semandingan" karena daerah asalnya, dimana dahulu pusat pemerintahan Kota Tuban berada di Kecamatan Semanding, tepatnya di Desa Prunggahan Kulon yang sekarang disebut juga Kota Lama. Ada juga yang mengatakan dari kata Sanding atau bersanding yang artinya kedua mempelai nantinya akan berdampingan menjalani rumah tangga. Inilah salah satu kekayaan budaya dari Tuban Jawa Timur, dan saya beruntung bisa mempelajarinya. Ibu Wiwik Sri Rahayu selaku Ketua HARPI MELATI DPC Tuban memberi penjelasan detail mengenai Tata Rias Pengantin Gaya Semandingan.

Kalau dilihat secara keseluruhan, baik penamaan, busana, sanggul maupun aksessoris, nampak sekali adanya sentuhan budaya Islam, Tionghoa dan Madura pada tiap detailnya. Secara geografis Tuban merupakan kabupaten di pesisir Laut Jawa menjadi salah satu jalur perdagangan rempah. Pada masa lalu, pedagang dari China dan Arab banyak yang sandar dan mendirikan pemukiman di sekitar Pelabuhan Boom Tuban. Hingga sekarang kampung Arab dan kawasan Pecinan ini masih berdiri dan menjadi saksi sejarah kejayaan Tuban dimasa lalu. Sedangkan kaitan Madura adalah Ronggolawe sebagai salah satu tokoh besar Tuban memiliki garis keturunan Madura yang berasal dari ayahnya yaitu Arya Wiraraja. Cmiiw

Pengantin Gaya Semandingan

Oke, kita gak akan membicarakan lebih jauh mengenai sejarah tapi masih berkaitan dengan budaya yaitu Tata Rias Pengantin Gaya Semandingan Khas Tuban.

Beberapa garis pokok yang bisa aku ambil dari seminar ini akan aku tulis, namun jika ada yang bisa melengkapi kalian bisa menambahkan di kolom komentar nantinya.



  1.  Mengenakan jas buka berwarna hitam dengan kowak'an/bentuk melengkung dibagian belakang. Dilengkapi dengan kemeja berwarna putih dan dasi kupu-kupu hitam
  2. Ikat kepala yang disebut Iket Masin dilengkapi dengan bros. Iket Masin  Berupa kain batik berbentuk lembaran segitiga dan diikat sedemikian rupa, mirip ikat kepala pada masyarakat Madura .
  3.  Jarit Kijing Miring. Penamaan motif yang mengandung unsur religius. Kijing Miring dengan bentuk segitiga kecil - kecil dan dibentuk garis miring menggambarkan batu nisan pada makam muslim. Selain pada pernikahan motif ini juga dipakai pada kematian dan kelahiran. Untuk menegaskan istilah miring, pada jarit juga ditambahkan renda emas. Cara pemakaianny sedemikian rupa hingga menyisakan lembaran di sisi kanan.
  4. Selop. Pada pengantin  pria memakai selop polos berwarna hitam.
  5. Aksessoris yang dikenakan adalah cincin akik dan kacamata hitam.
  6. Kalung emas dan melati.
    Busana Mempelai Pria Pengantin Semandingan




  1. Kebaya beludru berwarna hijau wilis dengan bordir tumpen, menyerupai tumpi atau tutup buah siwalan. Pemilihan warna hijau wilis ini memiliki makna dalam bahasa Jawa kalis ing sambikolo. Dengan harapan pengantin akan terhindar dari segala marabahaya.
  2. Jarit tenun motif kijing miring. Cara pemakaiannya sedemikian rupa hingga menyisakan kain disebelah kiri.
  3. Rambut di sanggul sigar tumbar dengan dua ceplok yang terinspirasi dari budaya Tionghoa. Sigar ketumbar ini bermakna menyatukan dua insan, dua jiwa, dua pemikiran menjadi satu.
  4. Sasak Ombak Segaran. Rambut bagian depan di sasak dan digelung - gelung hingga menyerupai ombak. Sebagaimana kita tau bahwa Tuban merupakan kabupaten yang berada di pesisir laut Jawa. Pada jaman dahulu, untuk membentuk gelung - gelung ini dipergunakan bambu sebagai penjepit ( semacam rol ) dan dioleskan malam agar gelung dapat bertahan. Gelung berjumlah sepuluh, lima di sebelah kanan bermakna Rukun Islam dan lima lainnya di sebelah kiri sebagai pengingat larangan yang dalam bahasa Jawa disingkat mo limo.  Main ( berjudi ), madon (main perempuan/berzina), mendhem ( mabuk minuman keras ), madat (memakai narkoba) dan maling (mencuri ).
  5. Memakai tujuh buah cunduk mentul berbentuk tumpen/tumpi buah siwalan. Buah khas Tuban.
  6. Giwang umbruk yuyu , bentuknya bertumpuk - tumpuk. Bermakna sebagai istri nantinya harus pintar mengelola keuangan dan menabung, mengumpulkan sedikit demi sedikit.
  7. Gelang Sigar Penjalin.
  8. Kalung botor. Bentuknya menyerupai botor atau biji kecipir yang dirangkai. Bermakna untuk tidak menyepelekan hal kecil. Botor, sekalipun kecil bentuknya jika dirangkai akan menjadi kuat, indah dan bermanfaat.
  9. Kalung Repes. Berupa rangkaian repes atau koin emas yang melambangkan kemakmuran.
  10. Bunga melati yang di ronce cengkehan dengan jumlah ganjil.
  11. Melati songgo gunung di pasang pada bagian atas sanggul.
  12. Rangkaian kembang gading berwarna kuning.
  13. Memakai pidih dengan teropong pradan.
  14. Gunungan.
  15. Kacamata Hitam.
  16. Membawa Kacu Bang atau kacu abang. Yaitu semacam saputangan berwarna merah yang masing-masing ujungnya akan dipegang oleh pengantin pria dan wanita. Hal ini dimaksudkan sebagai "pembatas" antara pengantin. Konon pada masa lalu pengantin biasanya baru bertemu di pelaminan, jadi masih malu - malu dan belum berani bersentuhan secara langsung.  

Mempelai Wanita Pengantin Semandingan




Sanggul Pengantin Gaya Semandingan Tampak dari Belakang

Tata Rias Pengantin Semandingan merupakan salah satu kekayaan budaya dan sekaligus bukti bagaimana indahnya akulturasi dan toleransi terutama di Kabupaten Tuban. Meskipun saat ini sudah sangat jarang pengantin yang memakai adat Gaya Semandingan ini namun kita tau ada banyak makna dan filosofi di dalamnya. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar